Guardiola Sejak Lama Dapat firasat untuk Melatih
Banyak motif untuk mantan pesepakbola alih profesi ke tepi lapangan sebagai arsitek tim usai pensiun jadi pemain. Selain karena memang masih punya rasa cinta pada permainan olah bola ini, ada pula yang mengaku jadi pelatih karena memang sudah punya firasat demikian.
Salah satu contohnya Josep "Pep" Guardiola. Setelah pensiun 2006 lalu di usia 35 tahun, mantan gelandang jangkar Barcelona dan AS Roma ini mengaku sudah lama punya firasat bahwa kariernya, akan terus menjulang di geladak kepelatihan.
Sebagai salah mantan pemain yang sering beroperasi di lini tengah, nakhoda Bayern Munich itu merasa sangat terbantu dari pengalamannya sebagai gelandang yang punya ruang pandang lebih luas terhadap permainan, kala mengalami masa transisi sedari pemain jadi pelatih.
"Bukan berarti Anda seorang gelandang, mengartikan bahwa ditakdirkan untuk jadi pelatih yang bagus. Lagi pula, sepakbola lebih terbuka untuk siapapun yang bisa menentukan diri menjadi pelatih, bahkan tanpa harus menjadi pesepakbola lebih dulu," tutur Guardiola, seperti dikutip Soccerway, Minggu (29/12/2013).
"Tapi memang benar bahwa ketika Anda dulu bermain di (lini) tengah, Anda hampir bisa melihat segalanya. Semua aspek permainan, lebih lagi jika Anda seorang geladang bertahan. Anda bisa lebih memikirkan tim dari pada diri sendiri. Anda tak harus selalu bermain, tapi Anda juga bisa mengerti beberapa hal yang terjadi di lapangan," lanjutnya saat menghadiri Globe Soccer Awards.
Sebagaimanan lazimnya pemain yang sudah memasuki usia senja, Guardiola juga merasa tubuhnya sudah tak lagi prima ketika mulai memasuki usia 30 tahun ke atas. Masih ingin berkuat di lapangan hijau, Guardiola merasa harus mengandalkan otaknya ketimbang tubuhnya jika masih ingin bertahan di dunia yang membesarkan namanya ini.
"Dalam kasus saya, inilah alasan mengapa beberapa tahun lalu, saya memutuskan untuk jadi pelatih. Sebagai pemain, saya terbiasa bekerja keras dalam hal fisik. Itulah mengapa saya harus menggunakan kepala saya, jika tidak saya takkan bisa ada di sini (jadi pelatih) tepat waktu," sambung Guardiola.
"Saya harus bisa membayangkan situasi rumit sebelum memulai sesuatu. Saya diharuskan mempelajari lawan-lawan saya sebelum masuk ke lapangan (bersama tim)," tutup Ayah tiga anak ini.
Salah satu contohnya Josep "Pep" Guardiola. Setelah pensiun 2006 lalu di usia 35 tahun, mantan gelandang jangkar Barcelona dan AS Roma ini mengaku sudah lama punya firasat bahwa kariernya, akan terus menjulang di geladak kepelatihan.
Sebagai salah mantan pemain yang sering beroperasi di lini tengah, nakhoda Bayern Munich itu merasa sangat terbantu dari pengalamannya sebagai gelandang yang punya ruang pandang lebih luas terhadap permainan, kala mengalami masa transisi sedari pemain jadi pelatih.
"Bukan berarti Anda seorang gelandang, mengartikan bahwa ditakdirkan untuk jadi pelatih yang bagus. Lagi pula, sepakbola lebih terbuka untuk siapapun yang bisa menentukan diri menjadi pelatih, bahkan tanpa harus menjadi pesepakbola lebih dulu," tutur Guardiola, seperti dikutip Soccerway, Minggu (29/12/2013).
"Tapi memang benar bahwa ketika Anda dulu bermain di (lini) tengah, Anda hampir bisa melihat segalanya. Semua aspek permainan, lebih lagi jika Anda seorang geladang bertahan. Anda bisa lebih memikirkan tim dari pada diri sendiri. Anda tak harus selalu bermain, tapi Anda juga bisa mengerti beberapa hal yang terjadi di lapangan," lanjutnya saat menghadiri Globe Soccer Awards.
Sebagaimanan lazimnya pemain yang sudah memasuki usia senja, Guardiola juga merasa tubuhnya sudah tak lagi prima ketika mulai memasuki usia 30 tahun ke atas. Masih ingin berkuat di lapangan hijau, Guardiola merasa harus mengandalkan otaknya ketimbang tubuhnya jika masih ingin bertahan di dunia yang membesarkan namanya ini.
"Dalam kasus saya, inilah alasan mengapa beberapa tahun lalu, saya memutuskan untuk jadi pelatih. Sebagai pemain, saya terbiasa bekerja keras dalam hal fisik. Itulah mengapa saya harus menggunakan kepala saya, jika tidak saya takkan bisa ada di sini (jadi pelatih) tepat waktu," sambung Guardiola.
"Saya harus bisa membayangkan situasi rumit sebelum memulai sesuatu. Saya diharuskan mempelajari lawan-lawan saya sebelum masuk ke lapangan (bersama tim)," tutup Ayah tiga anak ini.
tesstt
BalasHapustestong
Hapus